stomach-problem-main-d

Sumber: Shutterstock

Yang Harus Anda Ketahui Tentang Fibroid dan Fertilitas

Terakhir diperbarui: Kamis, 15 September 2016 | 10 menit waktu membaca
Dr Loi Shen-Yi Kelly

Spesialis Obstetri & Ginekologi

Dr Loi Shen-Yi Kelly

Spesialis Obstetri & Ginekologi

Fibroid, yang dapat memengaruhi fertilitas, adalah tumor yang paling sering terlihat pada sistem reproduksi wanita.

Apa itu fibroid?

Fibroid adalah tumor jinak yang paling umum pada wanita usia reproduksi. Tumor sel otot polos non-kanker ini ditemukan pada 30% wanita, tetapi hanya 1 dari 4 wanita yang menunjukkan gejala.

Fibroid responsif secara hormon, tumbuh karena adanya hormon estrogen wanita. Fibroid jarang ditemukan pada anak perempuan yang belum memasuki usia pubertas dan cenderung menghilang setelah menopause.

Jenis fibroid dan dampaknya pada fertilitas

Meski banyak wanita dengan fibroid tidak menghadapi masalah fertilitas dan bisa hamil, fibroid tertentu biasanya ditemukan pada wanita yang memang menghadapi masalah fertilitas.

Lokasi fibroid biasanya menentukan dampaknya terhadap fertilitas. Secara khusus, fibroid submukosal, yaitu salah satu bentuk fibroid rahim, diketahui menurunkan tingkat fertilitas.

Fibroid submukosal - Fibroid yang tumbuh tepat di bawah lapisan rahim dan dapat menonjol ke dalam rongga rahim. Kondisi ini memengaruhi tingkat implantasi, kehamilan, keguguran, dan kelahiran hidup.

Fibroid subserosal - Fibroid yang tumbuh di bagian luar rahim. Kondisi ini tidak memengaruhi fertilitas.

Fibroid intramural - Fibroid yang ditemukan di dalam dinding rahim. Dampaknya pada fertilitas masih belum pasti. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa kondisi ini terlihat berdampak pada tingkat implantasi dan kehamilan klinis, meskipun kurang signifikan dibanding fibroid submukosal.

Studi menunjukkan bahwa pengangkatan fibroid intramural atau subserosal tidak secara signifikan menaikkan tingkat konsepsi dan kehamilan, berbeda dengan pengangkatan fibroid submukosal.

Ada banyak penjelasan tentang cara fibroid menyebabkan infertilitas pada wanita. Fibroid menyebabkan peradangan pada lapisan rahim dan mengubah lingkungan hormonal lokal, yang memengaruhi implantasi embrio. Selain itu, fibroid besar dapat mengganggu interaksi sperma dan sel telur atau migrasi embrio dengan mengubah kontraksi rahim.

Mengevaluasi fibroid

Fibroid harus dievaluasi untuk menentukan jenis dan tingkatannya yang dapat menyebabkan infertilitas.

Fibroid dapat diidentifikasi dan dibedakan dengan berbagai metode.

Ultrasonografi: Ultrasonografi efektif mengidentifikasi fibroid dengan diameter hingga 4-5 mm. Namun, ultrasonografi bukan pilihan terbaik untuk pasien dengan banyak fibroid. Banyak fibroid menyebabkan bayangan akustik dan menghalangi perjalanan gelombang ultrasonik, menyebabkan deteksi fibroid yang buruk pada pemindaian ultrasonografi.

Histerosalpingografi: Rontgen rahim dan tuba falopi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi fibroid rahim. Histerosalpingografi sering dilakukan untuk menilai pembukaan tuba falopi. Namun, ini bukan metode yang ideal untuk mengidentifikasi fibroid submukosal.

Histerosonografi: Histerosonografi, yaitu metode penyuntikan cairan steril ke rongga rahim, sangat ideal untuk mengidentifikasi fibroid submukosal. Satu-satunya kelemahan metode ini yaitu adanya ketidaknyamanan dan risiko infeksi (1%).

Pencitraan Resonansi Magnetik (Magnetic Resonance Imaging/MRI): Meskipun biaya MRI tinggi, metode ini paling dapat diandalkan dalam mengidentifikasi lokasi fibroid.

Menangani fibroid

Untuk wanita yang tidak menunjukkan gejala, cukup dengan berhati-hati dan menunggu tanpa memerlukan pengobatan. Pasien yang memutuskan untuk mengobati fibroid rahim karena berbagai alasan (mis. meningkatkan fertilitas atau menghilangkan gejala) dapat memilih antara obat-obatan, operasi, atau prosedur tanpa operasi.

Obat-obatan

Wanita dengan fibroid dapat mengandalkan obat-obatan untuk mengendalikan gejalanya, misalnya dengan mengurangi keluarnya darah saat menstruasi. Pilihan medis lain yang diutamakan yaitu zat hormon (estrogen mendorong pertumbuhan fibroid sedangkan progesteron membatasinya) tetapi tidak cocok untuk fertilitas. Obat-obatan tertentu memiliki efek samping, seperti keropos tulang, sehingga hanya boleh digunakan selama maksimal 6 bulan.

Operasi

Miomektomi histeroskopi adalah prosedur operasi yang dianjurkan untuk menghilangkan fibroid. Metode ini sangat cocok untuk fibroid submukosal yang lebih kecil daripada 5 cm, yang terletak di dalam atau menggembung ke dalam rongga rahim. Fibroid yang lebih besar daripada 5 cm kemungkinan memerlukan prosedur berulang. Sebelum pengangkatan melalui operasi, sistem klasifikasi akan digunakan untuk menggambarkan fibroid submukosal secara akurat dan menilai kemungkinan keberhasilan pengangkatan histeroskopi.

Laparoskopi (operasi lubang kunci yang dilakukan melalui sayatan sangat kecil) dan laparotomi (operasi terbuka yang dilakukan melalui sayatan besar) adalah opsi alternatif operasi untuk menghilangkan fibroid rahim. Operasi lubang kunci dapat lebih menguntungkan karena menimbulkan lebih sedikit nyeri pascaoperasi, pemulihan yang lebih cepat, dan insiden demam yang lebih sedikit. Namun, bedah lubang kunci tidak umum dilakukan akibat kesulitan teknis metode ini.

Karena pengobatan bedah fibroid memiliki potensi risiko seperti infeksi, pasien harus mempertimbangkan keputusan ini.

Pengobatan nonoperasi

Embolisasi arteri rahim (Uterine artery embolization/UEA) dan ultrasonografi terfokus dengan panduan MRI (MRI-Guided focused ultrasonography/MRgFUS) adalah dua metode penanganan baru.

Pada prosedur UEA, partikel-partikel kecil dikirim untuk memblokir suplai darah ke tubuh rahim. Prosedur MRgFUS menggunakan gelombang ultrasonografi frekuensi tinggi untuk membunuh sel dan mengecilkan fibroid. Hal ini dilakukan dengan bantuan MRI untuk memandu sinar ultrasonografi menargetkan fibroid secara akurat.

Namun, karena teknik ini tidak banyak digunakan, tidak tersedia cukup data mengenai outcome reproduksi pada pasien yang sedang mengusahakan kehamilan. Oleh sebab itu, kami belum menyarankan prosedur ini. Selain itu, ada kekhawatiran tentang perkembangan adhesi panggul (jaringan parut yang saling menempel) yang menghambat tuba falopi, yang dapat memengaruhi cadangan dan fertilitas ovarium.

Artikel Terkait
Lihat semua