Mendiagnosis kraniopharingioma biasanya melibatkan beberapa langkah:
Riwayat medis dan pemeriksaan fisik: Untuk mengidentifikasi gejala yang menunjukkan ketidakseimbangan hormon dan gangguan penglihatan.
Tes pencitraan: Pencitraan resonansi magnetik (MRI) atau pemindaian tomografi terkomputasi (CT) digunakan untuk mengkonfirmasi secara visual keberadaan tumor di dekat kelenjar pituitari.
Tes hormon: Tes darah untuk memeriksa kadar berbagai hormon yang mungkin menunjukkan gangguan fungsi kelenjar pituitari.
Tes penglihatan: Untuk menilai dampak apa pun pada penglihatan pasien.
Bagaimana Kraniopharingioma Diobati?
Pilihan pengobatan untuk kraniopharingioma berfokus pada pengangkatan atau pengecilan tumor sambil mempertahankan fungsi kelenjar pituitari dan kualitas hidup:
Pembedahan. Metode pengobatan utama adalah pengangkatan tumor melalui pembedahan. Pendekatan tergantung pada ukuran dan lokasi tumor.
Terapi radiasi. Ini digunakan pasca-operasi atau sebagai pengobatan tunggal untuk menargetkan sisa tumor atau tumor yang tidak dapat dioperasi.
Terapi penggantian hormon. Penting untuk mengelola defisiensi hormon yang diakibatkan oleh lokasi tumor atau efek pengobatan.
Tindak lanjut rutin. Pemantauan kekambuhan tumor dan pengelolaan masalah hormonal atau neurologis yang berkelanjutan.
Penanganan kraniopharingioma biasanya bersifat multidisiplin, melibatkan ahli bedah saraf, endokrinolog, oftalmolog, dan onkolog untuk memberikan perawatan komprehensif yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pasien.
Pada usia 26 tahun, Reina menderita aneurisma otak pecah dan stroke. Kisahnya menyoroti dampak penyelamatan jiwa dari perawatan medis yang cepat dan tekadnya yang tak terpatahkan untuk mendapatkan kembali hidupnya.
Sakit kepala yang terus-menerus adalah salah satu tanda umum adanya tumor otak. Namun, apakah sakit kepala Anda benar-benar perlu dikhawatirkan? Ahli bedah saraf, Dr Nicolas Kon, menjelaskan.