Sumber: Shutterstock
Usus yang sehat adalah bagian penting kesehatan perempuan secara keseluruhan. Walaupun seringkali kesehatan perempuan disamakan dengan ginekologi dan kebidanan, ada bidang-bidang penting lainnya, di mana gastroenterologi adalah salah satunya. Selalu bicara dengan ahli gastroenterologi jika Anda khawatir tentang kesehatan pencernaan Anda.
Ada beberapa gangguan usus yang lebih sering terjadi pada perempuan. Gangguan tersebut terentang mulai dari penyakit autoimun hati hingga gangguan fungsional dan neuro-motilitas usus, seperti sindrom iritasi usus (Irritable Bowel Syndrome - IBS) dan gangguan usus.
Banyak perempuan mengalami perubahan kebiasaan buang air besar dan gejala pada perut di berbagai tempat saat siklus menstruasi bulanan mereka. Biasanya, mereka mengalami kembung dan konstipasi pra-menstruasi, dan memiliki feses lembek saat menstruasi. Hal ini bukanlah sesuatu yang abnormal, dan merupakan hasil dari fluktuasi hormon. Namun, pada perempuan yang menderita IBS, gejala dan perubahan usus ini bisa jauh lebih parah. IBS adalah suatu kondisi di mana terjadi stakit perut dan/atau ketidaknyamanan yang berkaitan dengan perubahan frekuensi, bentuk, atau sifat feses. Tidak seperti gastroenteritis, di mana seorang pasien sakit dan sembuh dengan cepat, IBS adalah kondisi kronis yang dapat berlangsung bertahun-tahun dan lebih lama.
Ada banyak faktor yang menyebabkan IBS, termasuk:
Tidak ada penyebab tunggal, dan beberapa atau semua faktor ini berinteraksi bersama sehingga menghasilkan gejala IBS. Tidak ada tes tunggal untuk IBS, dan diagnosis IBS dibuat oleh dokter Anda berdasarkan gejala. Terkadang, endoskopi, pemindaian atau tes darah mungkin diperlukan untuk mengesampingkan kondisi lain. Tes yang spesifik kadang-kadang mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi penyebab spesifik, misalnya, pengujian napas, untuk memeriksa pertumbuhan bakteri yang berlebihan di usus, atau untuk menguji makanan apa yang tidak dapat ditoleransi pasien. Pengobatan akan tergantung pada keparahan dan seringkali termasuk penggunaan obat-obatan dan pendekatan untuk mengatasi dan memperbaiki faktor-faktor dasar. Hal tersebut dapat terentang mulai dari perubahan gaya hidup untuk membantu mengendalikan stres dan mengatur pola makan, hingga pengobatan untuk mengendalikan gejala dan mengurangi sensitivitas ujung saraf. Probiotik juga berguna dalam mengembalikan keseimbangan mikroflora dalam usus, dan telah terbukti memperbaiki gejala sakit perut dan kembung pada pasien IBS.
Studi-studi juga menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki waktu transit usus yang sedikit lebih lambat daripada pria, yang menyebabkan kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami sembelit.
Banyak perempuan percaya bahwa sembelit hanya mengacu pada penurunan frekuensi buang air besar, tetapi hal tersebut dapat juga muncul berupa feses yang keras dan harus mengejan untuk mengeluarkan feses. Walaupun dalam kebanyakan kasus sembelit dapat diatasi dengan perubahan pola makan dan minum lebih banyak air, ada beberapa kasus yang memerlukan intervensi lebih lanjut. Intervensi ini mungkin melibatkan endoskopi atau pindaian untuk mengesampingkan adanya lesi struktural atau tes untuk menentukan laju transit di usus besar. Pengobatan mungkin melibatkan penggunaan obat pencahar (laksatif), atau beberapa obat baru, untuk mempercepat laju transit makanan yang dicerna di usus besar.
Gangguan buang air besar juga secara menyolok lebih umum terjadi pada perempuan, seperti defekasi dissinergi atau inkontinensia fekal.
Mengeluarkan feses membutuhkan koordinasi otot-otot di perut dan dasar panggul, sehingga feses dapat dengan mudah diperas keluar dari usus besar, hampir seperti pasta gigi yang ditekan keluar pelan-pelan dari tabung.
Defekasi dissinergi terjadi ketika koordinasi ini terganggu karena kelemahan otot-otot dasar panggul atau gangguan koordinasi.
Sebaliknya, inkontinensia fekal adalah ketidakmampuan untuk mengontrol usus dan feses dapat merembes keluar. Hal ini umum terjadi pada perempuan yang mengalami persalinan pervaginam yang sulit, dengan kerusakan pada sfingter (cincin otot yang mengerut untuk menutup lubang di tubuh) selama persalinan. Beberapa tes seperti pengujian tekanan khusus, yang disebut manometri anorektal, dan pemindaian, akan membantu menentukan kondisi ini. Kondisi ini paling baik didiagnosis dan ditangani oleh ahli gastroenterologi Anda bekerja sama dengan dokter ginekolog Anda.
Terakhir, harus juga diakui bahwa perempuan, seperti pria, juga dapat mengalami kanker pada saluran pencernaan. Hal tersebut termasuk kanker lambung, hati, pankreas, kandung empedu, saluran empedu, dan tumor usus besar.
Yang menonjol dari semua itu adalah kanker kolorektal, yang merupakan kanker paling umum kedua pada perempuan setelah kanker payudara. Seperti kanker payudara dan serviks, kanker usus besar dapat dicegah melalui deteksi dini dengan skrining. Skrining meliputi pengujian feses untuk melihat adanya darah samar, atau melakukan kolonoskopi menggunakan endoskopi video. Tes darah samar feses tidak menyakitkan dan sederhana, tetapi tidak terlalu sensitif, sehingga pengujiannya perlu dilakukan setiap tahun. Kolonoskopi bersifat lebih invasif, tetapi memungkinkan untuk mendeteksi tumor kecil dan polip yang mungkin terlewatkan dari tes darah samar feses. Polip, suatu prekursor kanker usus besar, juga dapat diambil saat dilakukan endoskopi tanpa perlu dilakukan pembedahan. Skrining dengan kolonoskopi hanya perlu dilakukan sekali setiap 10 tahun, tetapi jika ada riwayat kanker kolorektal di keluarga atau riwayat polip pribadi, maka berarti perempuan bersangkutan memiliki risiko lebih tinggi dan kolonoskopi harus dilakukan sekali setiap 5 tahun.
Secara ringkas, ada beberapa gangguan usus yang lebih sering dihadapi oleh perempuan dibanding oleh pria, tetapi jika ditangani segera dengan diagnosis yang akurat serta diberikan penanganan yang tepat, hal ini dapat mencegah terjadinya penderitaan yang tidak perlu dan memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap perempuan.
Jika Anda khawatir tentang kondisi pencernaan, bicarakan dengan dokter spesialis.