health-myths-main-d

Sumber: Shutterstock

Membantah 12 Mitos Kesehatan Populer

Terakhir diperbarui: 10 Agt 2017 | 10 menit waktu membaca

Mengetahui hal yang benar dan salah akan memupus kecemasan. Inilah kebenaran tentang beberapa mitos kesehatan yang banyak beredar.

Mitos 1: Makanan basa meningkatkan kesehatan dengan cara menurunkan tingkat keasaman tubuh Anda

Faktanya: Meskipun ‘makanan basa’ secara umum cukup sehat – mendorong konsumsi tinggi buah-buahan, sayuran, dan makanan nabati sembari membatasi makanan olahan – tetapi pemikiran bahwa makanan tersebut dapat membantu menetralkan keasaman tubuh adalah mitos.

Berikut ini faktanya. Darah Anda bersifat sedikit basa, sementara lambung Anda bersifat asam guna menguraikan makanan. Makanan yang Anda makan tidak memengaruhi cara tubuh Anda dalam mengatur tingkat kebasaan atau menyeimbangkan tingkat keasamannya. Ginjal dan paru-paru Andalah yang melakukannya – keduanya mengendalikan keseimbangan asam-basa pada sistem Anda dan menjaga pH darah. Jika kedua organ tersebut tidak berfungsi, tentunya Anda sudah sakit parah sekarang.

Mitos 2: MSG dapat menyebabkan kanker

Faktanya: Penguat rasa yang populer ini telah mendapatkan reputasi yang buruk karena dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai migrain hingga kanker. Namun demikian, para peneliti belum menemukan adanya bukti meyakinkan bahwa monosodium glutamat (MSG) berdampak buruk terhadap kesehatan. Administrasi Pangan dan Obat (FDA) di AS juga mengklasifikasikan MSG sebagai bahan makanan yang 'secara umum diakui aman'.

Meskipun sebagian kecil orang mungkin menunjukkan reaksi merugikan terhadap MSG, seperti sakit kepala atau mual, tetapi gejala ini biasanya ringan dan tidak memerlukan perawatan. Alih-alih berfokus pada kandungan MSG suatu produk, mungkin akan lebih bermanfaat jika Anda memperhatikan nilai nutrisi umum makanan Anda – misalnya, makanan olahan seperti mi instan pada dasarnya adalah makanan tidak sehat, baik dengan ataupun tanpa MSG.

Mitos 3: Konsumsi gula terlalu banyak menyebabkan diabetes

Faktanya: Bertentangan dengan keyakinan umum, gula sebenarnya tidak menyebabkan diabetes. Namun demikian, konsumsi gula berlebihan dapat menambah berat badan dan kelebihan berat badan tersebut akan meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Cara terbaik untuk mengurangi risiko diabetes adalah dengan memperhatikan berat badan. Artinya, Anda tidak hanya mengurangi asupan makanan manis, tetapi juga memperhatikan asupan makanan berlemak.

Sementara untuk diabetes tipe 1, penyebabnya bukan gula atau kandungan apa pun dalam makanan Anda, karena diabetes tipe ini hanya terjadi ketika sel yang memproduksi insulin dalam pankreas dihancurkan oleh sistem imun Anda sendiri.

Mitos 4: Detoks adalah cara yang tepat untuk membersihkan tubuh Anda dari toksin

Faktanya: Diet, jus, dan terapi detoks terbilang sangat populer, tetapi gagasan yang menyatakan bahwa kita dapat melakukan sejumlah langkah detoks mandiri adalah sebuah mitos. Dari sudut pandang kedokteran, siapa pun sebenarnya tidak perlu melakukan detoks pada sistem mereka, karena tubuh memiliki kemampuan lebih baik untuk mengeluarkan toksin dibandingkan melalui diet atau terapi apa pun. (Jika benar bahwa toksin bisa menumpuk di dalam sistem tanpa mampu dikeluarkan tubuh, kita sekarang sudah mati atau mungkin memerlukan intervensi medis yang serius.)

Oleh karena itu, Anda tidak perlu menjalani diet, terapi, ataupun mengonsumsi minuman untuk ‘membersihkan’ atau ‘melakukan detoks pada’ tubuh Anda. Mungkin cara terbaik untuk melindungi proses detoksifikasi tubuh adalah dengan merawat kesehatan hati dan ginjal, yang merupakan organ utama dalam proses detoksifikasi. Untuk itu, hindari makanan olahan dan kemasan seperti kentang goreng, batasi asupan makanan bergula, makanan berlemak, dan alkohol (makanan ini dapat menyebabkan hati berlemak), serta minumlah air putih yang banyak.

Mitos 5: Gula merah, madu, sirup mapel, atau sirup agave adalah pengganti gula yang lebih sehat

Faktanya: Berbagai jenis gula tersebut tidak lebih baik bagi Anda dibandingkan gula yang dimurnikan – semuanya memberikan kalori kosong dan tanpa tambahan nutrisi. Meskipun gula yang tidak dimurnikan mungkin menyimpan mineral seperti kalsium, zat besi, dan kalium, tetapi hanya terkandung dalam jumlah yang sedikit serta tidak signifikan. Gula-gula yang ‘lebih sehat’ ini tidak memberikan nutrisi yang signifikan dibandingkan gula putih yang dimurnikan, dan semua jenis gula memiliki kandungan kalori yang hampir sama. Anda harus memperhatikan asupan gula, apa pun jenisnya.

Mitos 6: Telur penyebab kolesterol tinggi

Faktanya: Selama ini, telur mendapatkan reputasi yang tidak baik. Belum ada data yang memadai yang menunjukkan bahwa konsumsi kolesterol pangan (seperti yang terkandung dalam telur) dapat memengaruhi kadar kolesterol darah kita. Kadar kolesterol berbahaya kita lebih dipengaruhi oleh konsumsi lemak jenuh dan lemak trans. Anda sebaiknya mengendalikan kadar kolesterol dengan memantau lemak-lemak tersebut melalui pola makan.

Di sisi lain, telur merupakan sumber beragam zat gizi yang terjangkau, di antaranya asam lemak omega-3, seng, zat besi, antioksidan, dan vitamin D. Namun demikian, telur juga mengandung lemak jenuh dan harus dikonsumsi secukupnya – sebagai pedoman, orang yang sehat boleh mengonsumsi hingga 6 butir telur setiap minggu.

Mitos 7: Pastikan Anda tetap hangat agar tidak mudah terserang selesma

Faktanya: Hindari berhujan-hujan karena Anda dapat terkena selesma – mungkin ini adalah salah satu keyakinan paling umum di seluruh dunia. Padahal tidak demikian. Kedinginan atau basah terkena hujan tidak akan menimbulkan selesma. Anda baru akan jatuh sakit jika terinfeksi virus atau bakteri.

Namun demikian, perkataan ini tetap ada benarnya – terpapar kedinginan dapat menjadi penyebab tidak langsung dari selesma karena beberapa alasan berikut.

Cuaca yang dingin memungkinkan virus mampu bertahan lebih lama di udara, ujar Dr Leong Hoe Nam, dokter spesialis penyakit infeksi di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena. Misalnya, pada suhu dingin 4 derajat celsius, virus influenza dapat hidup lebih lama di atmosfer selama 24 jam, sedangkan pada hari-hari biasa di negara yang hangat, virus hanya mampu bertahan selama 30 – 60 menit. Selain itu, saat udara dingin, orang lebih memilih berada di dalam ruangan sehingga lebih banyak berdekatan dengan orang lain. Kondisi ini memungkinkan infeksi dapat menyebar dengan mudah.

Sementara itu, infeksi bakteri dapat menyebar akibat menghirup butir air yang mengandung bakteri. Hal ini dapat terjadi ketika orang yang terinfeksi di sekitar Anda batuk atau bersin. Pada saat udara dingin dan kering, dinding tenggorokan Anda dapat terkena iritasi. Jika sudah terkena bakteri, hal tersebut dapat menyebabkan infeksi pada tenggorokan.

Meskipun udara dingin tidak secara langsung menyebabkan selesma, terdapat beberapa alasan ketika cuaca meningkatkan kemungkinan Anda untuk terkena infeksi dan jatuh sakit.

Mitos 8: Dilarang mandi atau keramas pada saat nifas

Faktanya: Wanita yang baru saja melahirkan sering kali diberi tahu untuk tidak keramas atau bahkan mandi pada saat nifas karena dapat menyebabkan ‘angin’ masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan nyeri pada sendi atau tulang. Jika tidak lama lagi Anda melahirkan, Anda akan senang mengetahui bahwa hal ini hanyalah keyakinan tanpa dasar ilmiah.

Mandi menjamin kebersihan yang baik, sehingga mengurangi risiko infeksi kulit dan luka, dan tentunya tidak akan menimbulkan nyeri sendi apa pun. Jika Anda masih khawatir, pastikan Anda mandi dengan menggunakan air yang tidak terlalu dingin, alih-alih tidak mandi sama sekali.

Mitos 9: Minum kecap dapat menyebabkan luka lebih gelap

Faktanya: Jika Anda pernah terkena cacar air atau memiliki bekas luka membandel akibat luka yang berat, Anda mungkin pernah mendengar larangan meminum kecap. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa pigmen gelap dalam kedelai akan menyebabkan luka bertambah gelap sehingga meninggalkan bekas yang sulit hilang. Padahal, bekas luka hanya akan timbul akibat menggaruknya sehingga mengganggu proses penyembuhan – bukan dari makanan yang kita makan. Bahkan pakar TCM telah menyatakan bahwa hal ini hanyalah mitos. Jika Anda ingin menghindari bekas luka, cara terbaik adalah menjaga kebersihan luka Anda dan berusaha untuk tidak menggaruknya.

Mitos 10: Dilarang memberikan gula terlalu banyak kepada anak-anak karena menyebabkan mereka hiperaktif

Faktanya: Faktanya: Meskipun mengatur asupan gula anak-anak Anda adalah langkah yang tepat, tetapi alasan di balik tindakan ini tidak selalu benar. Banyak orang meyakini bahwa terlalu banyak gula dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif – namun demikian, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa gula dapat menyebabkan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) atau memburuknya gejala ADHD.

Peningkatan asupan gula dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah dengan cepat diikuti dengan adrenalin yang seolah terpacu yang menyerupai hiperaktivitas, tetapi penelitian tidak menemukan keterkaitan antara guna dan perilaku atau kognisi anak. Namun demikian, sebaiknya berikan opsi rendah gula yang lebih sehat untuk anak, seperti air yang diinfus buah-buahan dibandingkan minuman kalengan.

Mitos 11: Menyantap makanan pedas dapat menyebabkan tukak lambung

Faktanya: Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak yang menyukai makanan pedas, sehingga mungkin ini adalah berita gembira bagi banyak orang – berkebalikan dengan keyakinan yang telah tersebar luas bahwa makanan pedas menjadi salah satu penyebab tukak lambung. Tukak lambung biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori (H. pylori), bukan karena makanan pedas. Faktor lain seperti riwayat keluarga, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan juga memengaruhi risiko Anda terkena tukak lambung. Penting untuk diperhatikan bahwa jika Anda sudah terkena tukak lambung, langkah terbaik adalah menghindari makanan pedas.

Mitos 12: Minum air 8 gelas sehari

Faktanya: Meskipun diyakini secara luas karena banyaknya manfaat kesehatan yang diberikan (termasuk kulit yang lebih sehat dan pencegahan batu empedu), keyakinan kuno untuk minum 8 gelas sehari tidak memiliki landasan medis. Kendati air sangat penting untuk menjaga Anda tetap terhidrasi, tetapi Anda tidak perlu minum minimal 8 gelas per hari. Hal ini disebabkan air bukanlah satu-satunya sumber hidrasi – tubuh kita mendapatkan hidrasi dari air yang terkandung di dalam buah, sayur, dan bahkan di dalam jus serta kopi.

Selain itu, bukti ilmiah juga tidak menunjukkan bahwa minum lebih banyak air putih memberikan manfaat kesehatan bagi orang sehat. Artinya, air tetap merupakan minuman paling menyehatkan yang harus dikonsumsi – hanya saja Anda tidak perlu meminumnya hingga 8 gelas sehari. Ukuran terbaik jumlah air yang harus diminum adalah cukup dengan meminumnya ketika Anda merasa haus.

MSG (Monosodium Glutamate): Good or Bad? (2018, November 19) Retrieved December 04, 2020, from https://www.healthline.com/nutrition/msg-good-or-bad#fact-vs-fiction

Symptoms & Causes of Diabetes (2016, December) Retrieved December 04, 2020, from https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/overview/symptoms-causes

Risk Factors for Type 2 Diabetes (2016, November) Retrieved December 04, 2020, from https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/overview/risk-factors-type-2-diabetes

Diabetes Diet, Eating, & Physical Activity (2016, December) Retrieved December 04, 2020, from https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/overview/diet-eating-physical-activity

What Foods Protect the Liver? (2020, January 23) Retrieved December 04, 2020, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/323915#12-best-foods

What Foods Are Good for Kidneys? (2019, June 05) Retrieved December 04, 2020, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/325390

Sugars, Granulated. (2019, December 16) Retrieved December 04, 2020, from https://fdc.nal.usda.gov/fdc-app.html#/food-details/746784/nutrients

What Should My Cholesterol Level Be At My Age? (2020, January 05) Retrieved December 04, 2020, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/315900#treatment-options

Eggs: Are They Good or Bad for My Cholesterol? (2020, January 09) Retrieved December 04, 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-cholesterol/expert-answers/cholesterol/faq-20058468
Artikel Terkait
Lihat semua